ENREKANG, koridor.id – Jembatan sepanjang 6 meter, dan lebar 4 meter, terletak di kampung Lemo, kelurahan Tominawa, kecamatan Baraka, yang berfungsi sebagai akses penghubung desa Tangru, kecamatan Malua, serta beberapa desa lainnya, amblas diterjang air bah pada minggu malam 21 April 2024.
Pj Bupati Enrekang Dr. H. Baba, bersama Pj Sekda Andi Sapada dan Kalaksa BPBD Arsil Bagenda, yang didampingi oleh Camat Baraka Gamaluddin, Lurah Tominawa Dahlan, dan Kepala Lingkungan Lemo Sukiman, melakukan kunjungan bersama ke lokasi yang dimaksud dan melihat secara langsung peristiwa tersebut.

Informasi ambruknya jembatan tersebut, sudah tahu dari masyarakat dan pemerintah setempat, jadi baru terlaksana kunjungan hari ini. “Rencana kemarin kita mau datang, namum karena beberapa agenda acara yang bersamaan, jadi hari ini baru terlaksana agendanya,” ucap Pj Bupati selasa (23/04/2024).
“Tadi, kita sudah perintahkan Pak Camatnya, untuk buatkan segera dokumennya dan berapa anggarannya, karena rencana pembangunan jembatannya kita mau pindahkan, dan panjangnya juga kita tambah sekitar 2 meter, kemudian tingginya juga supaya kalau ada tangkai kayu hanyut tidak tersangkut lagi, “jelasnya.
Menurutnya, jembatan ini sangat perlu karena salah satu akses alternatif ke kampung-kampung dan sebagai aktivitas petani.
Diketahui jembatan tersebut dibangun pada 2005 melalui jalur aspirasi DPRD. Amblasnya jembatan disebabkan oleh kikisan air di sebelah sisi, sehingga pondasi jembatan rebah ke tengah sungai saat amblas.
Diduga jembatan tersebut dibangun pada sisi tikungan sungai, sehingga sangat riskan terjadinya gerusan pada kaki tebing sungai. Namun, pada dasarnya jembatan tersebut cukup kokoh, dengan lantai yang tidak rusak, hanya saja mungkin tempat pembangunannya yang kurang tepat.
Pada kesempatan itu juga disampaikan untuk menjaga hutan, menanam pohon agar tidak terjadi banjir.
“Bersamaan dengan Hari Bumi Sedunia dan salah satu program Pj Gubernur Sulsel, nantinya setiap desa dan kelurahan wajib menanam pohon, itu terutama di lahan-lahan kritis, hutan-hutan gundul, dan tebing sungai, ini sebagai upaya untuk memperkuat ekosistem,” tambahnya. (Abs)

