Koridor.id, PAREPARE – Harga beras di pasaran masih mahal, meski pemerintah melalui Perum Bulog telah membuka kerang penyaluran beras dalam program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) bekerjasama dengan pemerintah daerah dengan leading sektor Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang).
Sepertinya hal di Kota Parepare, harga beras di Pasar Lakessi dan Labukkang masih tinggi, Rp 16.000/kg, meski di kedua pasar tersebut telah disalurkan sebayak 22 titik kios mitra penyalur SPHP. Ditambah 10 kios untuk pasar Sumpang dan WekkeE.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Muhammad Idris berkilah akan menambah jumlah outlet-outlet di Pasar, saat ini pihaknya masih melakukan verifikasi baik pedagang di pedagang pasar maupun diluar pasar.
“1-2 hari ini, kita fokus dulu selesaikan verifikasi semua pedagang pengecer di pasar, nanti setelah itu petugas kami akan turun melakukan verifikasi terhadap pedagang-pedagang di luar pasar, untuk ditetapkan jadi outlet. Tahap pertama kita rencana akan bentuk 1 per kelurahan, jadi 22 outlet dulu, sambil melihat kemungkinan untuk menyesuaikan dengan potensi dan kepadatan penduduk, bisa saja untuk kelurahan yang wilayahnya luas atau penduduknya padat dibentuk lebih dari satu outlet.” Katanya saat dikonfirmasi, Rabu, 30 Juli 2025.
Ditanya terkait outlet yang didahulukan bagian pasar padahal outlet mitra SPHP sebelumnya terdapat 300 outlet atau Rumah Pangan Kita (RPK) yang tersebar di Parepare. Muhammad Idris menerangkan bahwa pihaknya pertimbangkan pengawasan sehingga belum semuanya disalurkan.
“Jika dalam pemantauan kita semua proses penyaluran dapat berjalan sesuai prosedur maka tidak tertutup kemungkinan kita akan menambah outlet lagi untuk mempercepat penyaluran beras SPHP sampai ke masyarakat sebagai konsumen akhir,” terangnya.
Terkait harga beras komersil di pasaran Rp 16.000 tidak bisa di intervensi langsung, sehingga upaya yang bisa dilakukan hanya menyalurkan beras SPHP yang harganya Rp12.500/kg.
Sementara penyaluran nantinya diluar pedagang pasar mengacu pada petunjuk teknis, yakni;
1. Pedagang pengecer di pasar (bukan distributor)
2. Koperasi desa/kelurahan
3. Pemda, melalui Gerakan Pangan Murah dan Outlet Binaan Pemda
Outlet binaan Pemda selama ini (KOPI – Kios Pengendalian Inflasi) hampir semuanya ada di area pasar, sehingga praktis saat ini tidak ada outlet binaan Pemda di luar pasar. Tapi untuk mempercepat penyaluran maka berinisiatif untuk membentuk outlet yang sementara dipetakan.
Idris juga menilai dengan pengaturan sesuai Juknis akan tersalurkan dengan baik hingga ke masyarakat. Setiap pedagang bisa mengorder 2 ton beras SPHP sekali order, dan kalau itu habis bisa langsung order lagi sebanyak itu. Ini belum termasuk Kegiatan Pasar Murah (Kopi Mobile) setiap hari Selasa dan Gerakan Pangan Murah pada event-event tertentu.
Sebelumnya Kepala Bulog Parepare Mohammad Junaedy mengatakan telah menyalurkan beras SPHP sejak tanggal 12 Juli 2025. Namun memang baru di kios-kios di Pasar, sementara outlet-outlet diluar pasar belum disalurkan.
“Perhari ini sudah disalurkan sekitar 110.000 kg, dengan harga maximal harga 12.500/kg untuk penjualannya. Ini sudah kami informasikan ke seluruh pengecer di pasar dan sudah lakukan monev (monitoring dan evaluasi) ke 12 pengecer di pasar Lakessi dan di Labukkang 10 pengecer. Kemarin Sore (Ahad, 27 Juli) pukul 15.00 tim kami monev, berasnya masih tersedia,” katanya, Senin, 28 Juli 2025.
Selain itu, lanjutnya, penyaluran SPHP ke mitra akan berlakukan aplikasi ‘Klik SPHP’. Jadi pengecer mengupdate sisa stok yang ada di kiosnya.
Tujuan penggunaan dari aplikasi klik SPHP ini antara lain untuk mempermudah pengecekan jumlah stok yg ada dipengecer agar termonitor langsung stok yang dikuasai, selain itu sebagai salah satu upaya mitigasi awal agar penyaluran tepat sasaran.
Pada prinsipnya Bulog Parepare dengan jumlah stok yang sangat besar sebanyak 105.000 ton di Kota Parepare sangat siap melayani seluruh outlet yang telah diverifikasi oleh Dinas Ketapang.
Selanjutnya Bulog sebagai operator untuk menyalurkan beras SPHP akan menyalurkan ke titik yang telah di verifikasi. Target penyaluran awal ini 400 ton. (*)